MAKALAH IMPLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN
MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“IMPLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TERHADAP
PENDIDIKAN”
OLEH :
KELOMPOK VII
1.
NURHAENI (A 241 15 080)
2.
RAHMAT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayahnya, kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Implikasi
Teori Perkembangan Peserta Didik Terhadap Pendidikan” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Perkembangan Peserta Didik. Kami
menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Demikianlah
makalah yang dapat kami susun, harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan khususnya calon Guru.
Palu,
05 November 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan kognitif peserta didik merupakan suatu hal yang penting
diketahui oleh tenaga pendidik sehingga pembelajaran yang disuguhkan penuh
dengan kebermaknaan. Hal ini mempengaruhi cara pendekatan dan proses pendidikan
yang diberikan. Khusus pada awal tahun ajaran baru, tenaga pendidik bertanggung jawab mengenal dan
mendidik anak-anak tersebut sesuia perkembangan kognitifnya. Semakin banyak
tenaga pendidik mempelajari perkembangan peserta didik, semakin banyak
dipahamitentang cara yang tepat untuk kegiatan pembelajaran peserta didik. “Pengetahuan itu bukanlah salinan
dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di
dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan
lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut
tinjauan kognitif.” Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 110.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan
merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan
dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh
kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak –
kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget
juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia
menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi
dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan
endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur
tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis –
matematis.
Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan perkembangan kognitif?
2. Bagimana
teori perkembangan kognitif menurut Piaget?
3. Bagaimana
implikasi teori perkembangan kognitif Piaget terhadap pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian perkembangan kognitif
2. Untuk mengetahui
teori perkembangan kognitif Menurut Piaget
3. Untuk
mengetahui implikasi teori perkembangan kognitif Piaget terhadap pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah
dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori
behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada
dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang
guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan
sebagainya.
B.
Perkembangan
Kognitif
Teori perkembangan kognitif
Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi
dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti
mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua
dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab
terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak
memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak
tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak
mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya,
namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan
konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.
Piaget percaya bahawa pemikiran
anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priode-periode yang terus
bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati
serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak
melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis
untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian
struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan dasar dalam
bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari teorinya
terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan akar
revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil
perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk
usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget,
bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget
mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini
sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin
berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan atau
perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan,
yaitu:
1.
Organisasi.
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk
mengintegrasikan pengetahuan kedalam system-sistem. Dengan kata lain,
organisasi adalah system pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan
pencitraan realitas yang semakin akurat.
Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombinasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2.
Adaptasi.Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombinasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
Merupakan cara anak untuk memperlakukan
informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi
ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
a.
Asimilasi
Merupakan
istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru
kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan
proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan
informasi baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh
asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi,
kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku.
Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan
adalah segitiga sama sisi.
b.
Akomodasi
Merupakan
istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada
sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan
akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui
akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami
perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh:
si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan
kedua.
3.
Ekuilibrasi
Merupakan istilah yang merujuk pada kecenderungan
untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan
sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu
mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Agar
terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan
akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.
Contoh:
bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian
diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi
menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang
berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi
akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal
itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia
miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi
bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
C. Implikasi
Teori Perkembangan Kognitif Piaget terhadap Pendidikan
Teori-teori
kognitif yang diajukan Piaget sebenarnya hanya bermaksud menerangkan dan
memberi satu pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kondisi anak-anak
berkembang. Piaget tidak banyak menulis tentang pendidikan dan secara langsung
tidak bermaksud memberikan semacam sugesti kepada para Guru serta penerapan
teori-teorinya didalam ruangan-ruangan kelas. Meskipun demikian, dalam
perkembangan selanjutnya, teori Piaget ternyata memberikan pengaruh yang sangat
besar serta acuan penting dalam pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Banyak guru mendapatkan inspirasi dari Teori Piaget dalam mendesain kurikulum
dan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif peserta didiknya.
Teresa M.
McDevitt dan Jeanne Ellis Ormrod (2002) menyebutkan beberapa implikasi teori
Piaget bagi guru-guru disekolah, yaitu :
1. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik melakukan eksperimen terhadap objek-objek fisik
dan fenomena-fenomena alam.
Anak-anak dari semua usia akan banyak mendapat pelajaran dari hasil eksplorasi dunia nyata. Pada
tingkat pra-sekolah, eksplorasi ini dapat berupa permainan dengan air, pasir,
balok-balok kayu, dan lain-lain. Selama tahun-tahun sekolah dasar, eksplorasi
mungkin dilakukan melalui beberapa aktivitas, seperti melempar dan menangkap
bola, menjelajahi alam, bekerja dengan tanah liat dan cat air, atau membentuk
struktur bangunan dengan menggunakan stik es krim, dan lain-lain.
Demikian juga halnya dengan siswa-siswa sekolah menengah, meskipun telah
memiliki kemampuanuntuk berfikir abstrak, masih perlu diberi kesempatan untuk
memanipulasi dan melakukan eksperimen dengan benda-benda konkret, seperti
bereksperimen dengan menggunakan alat-alat di laboratorium, kamera dan film,
peralatan masak dan makan, atau dengan peralatan tukang kayu.
2. Mengeksplorasi
kemampuan penalaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pemberian
tugas-tugas pemecahan masalah.
Dengan
memberikan tugas-tugas Piagetian, baik yang berkaitan dengan keterampilan
berpikir operasional konkret maupun operasional formal (seperti konservasi,
multiklasifikasi, separasi atau mengontrol variabel-variabel, penalaran
proporsional, dan sebagainya), serta dengan mengobservasi respons siswa
terhadap tugas-tugas tersebut, guru akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam
tentang bagaimana pemikiran dan penalaran para siswa. Dengan mengetahui
pemikiran dan penalaran para siswa, guru akan dapat menyususn kurikulum dan
materi-materi pengajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan berpikir mereka.
3. Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterpretasikan tingkah
laku siswa dan mengembangkan rencana pelajaran.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget memang tidak selalu akurat dalam mendeksripsikan
kemampuan berpikir logis para siswa bagaimanapun tahapan pemikiran yang
diajukannya dapat memberikan petunjuk tentang pemikiran dan proses penalaran
siswa pada berbagai tingkat usia (Metz, 1997). Guru sekolah dasar misalnya akan
memahami bahwa siswanya kemungkinan menghadapi kesulitan dengan proporsi (seperti
: pecahan atau desimal) dan dengan konsep-konsep abstrak (seperti: konsep
keadilan, kebaikan, dan lain-lain). Sedangkan bagi guru sekolah menengah tentu
akan lebih mengharapkan siswanya mendiskusikan ide-ide tentang kemajuan hidup
masyarakat meskipun masih berupa pemikiran yang tidak realistis.
4. Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget juga memberikan petunjuk bagi para guru dalam
memilih srategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang
berbeda.
Pada
setiap tingkat perkembangan kognitif, siswa secara aktif diberi semangat dalam
proses pembelajaran. Guru harus tidak meremehkan atau terlalu mengunggulkan
kemampuan berfikir siswa saat sekarang. Sebaliknya, siswa pada setiap tingkat didorong
untuk secara aktif menggabungkan informasi yang ada agar sampai ke dalam skema
mereka. Untuk itu, mereka harus melakukan tindakan atas informasi dengan
berbagai cara, dan proses pendidikan di sekolah harus memberi siswa
kesempatan untuk memiliki pengalamn atas
dunia.
5. Merancang
aktivitas kelompok dimana siswa berbagi pandangan dan kepercayaan dengan siswa
lain.
Piaget
percaya kalau belajar mestinya menjadi proses penemuan aktif dan disesuaikan
dengan tahap perkembangan anak. Dalam hal ini, Piaget melihat adanya nilai
pendidikan yang sangat besar didalam interaksi-interaksi sosial dengan teman
sebaya. Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak
memahami bahwa orang lain memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan
pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak selalu akurat dan logis. Oleh
sebab itu, interaksi dengan teman-teman sekelas, yang secara khusus meliputi
konflik atau perbedaan pendapat dan yang memungkinkan terjadinya
ketidakseimbangan, tentu akan mendorong anak untuk mengevaluasi kembali
pandangan-pandangannya saat ini. Artinya, interaksi dengan teman sebaya akan
memungkinkan siswa menguji pemikirannya, merasa tertantang, menerima umpan
balik, dan melihat bagaimana orang lain mengatasi masalah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar
yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu
yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses
penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: asimilasi,akomodasi dan equilibrasi. Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: asimilasi,akomodasi dan equilibrasi. Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Remaja Rosdakarya
Dwi Antoro. 2013. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. [online].
Tersedia : http://atariuz.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html.
(05 November 2016).
Comments
Post a Comment